Profil

Jumat, 16 Maret 2012

WIDYAWISATA PENYULUH KEHUTANAN KABUPATEN SINTANG KE KABUPATEN SANGGAU

A.     LATAR BELAKANG
Sesuai dengan perkembangannya paradigma penyuluhan kehutanan bergeser dari sekedar alih teknologi dan informasi kepada proses pemberdayaan masyarakat ke arah kemandirian. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, yang menyatakan bahwa  penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Berdasarkan KEPMENHUT Nomor : 272/kpts.II/2003 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka Kreditnya,  Widyawisata merupakan metoda bagi penyuluh kehutanan berupa kegiatan perjalanan bersama untuk belajar dengan melihat suatu penerapan teknologi dalam keadaan yang sesungguhnya, dengan prinsip belajar dan melihat.

B.      MAKSUD DAN TUJUAN
1.     Maksud :
Maksud dari kegiatan ini adalah Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Penyuluh Kehutanan Kabupaten Sintang dalam menerapkan teknologi aplikatif bidang Kehutanan.
2.    Tujuan :
Tujuan dari kegiatan Widyawisata ini adalah :
a.    Mengembangkan persatuan Penyuluh dalam rangka memotifasi  kinerja penyuluh.
b.    Membekali pemahaman bagi Penyuluh tentang penerapan teknologi kehutanan.
c.    Melihat dan belajar tentang Inokulasi gaharu.
d.    Melihat dan belajar penangkaran lebah madu alam.


C.      WAKTU DAN LOKASI  PELAKSANAAN
Widyawisata akan dilaksanakan selama 2 hari dari tanggal 7 - 8 Maret 2012
Lokasi sasaran pelaksanaan Widyawisata dilakukan pada KUP Karunia Jaya Mandiri Farm di Dusun Sengorit Desa Maringin Jaya Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau. yang bergerak di bidang usaha Budidaya dan Inokulasi Gaharu, Usaha lebah Madu Lokal.






D.  PERSONIL
 Peserta kegiatan widyawisata diikuti oleh Penyuluh Kehutanan se Kabupaten Sintang, dengan jumlah 15 Orang peserta, terdiri dari :
 
DAFTAR PESERTA WIDYAWISATA KE SANGGAU







N0 NAMA PENYULUH/NIP INSTANSI INDUK WILAYAH KERJA PENYULUH
1
2 3 4
1.
SUWARDI, S.Hut BP4KKP Kec. Sintang


NIP. 19610714 199103 1 006 Sintang

2.
SULAIMAN ROSYID BP4KKP Kec. Tempunak


NIP. 19600124 198603 1 006 Sintang

3.
SUGENG BP4KKP Kec. Ketungau


NIP. 19620804 198603 1 024 Sintang Hilir
4.
BUDI CAHYONO BP4KKP Kec. Ketungau


NIP. 19611213 198603 1 013 Sintang Tengah
5.
SUKIRNO BP4KKP Kec. Sepauk


NIP. 19600316 198603 1 015 Sintang

6.
CANDRA IRAWAN, S.Hut BP4KKP Kec. Kayan


NIP. 19730605 200604 1 004 Sintang Hilir
7.
INDRA KURNIATI, S.Hut BP4KKP Kec. Kelam


NIP. 19770326 200604 2 013 Sintang Permai
8.
JUMILAH, S.Hut BP4KKP Kec. Dedai


NIP. 19771012 200804 2 003 Sintang

9.
VINCENCIA SEPTAVIANI ISSERA  BP4KKP Kec. Binjai Hulu


SULISTYA PUTRI, S.Hut Sintang



NIP. 19790924 200804 2 002


10.
RAMUNDUS DAVID BP4KKP Kec. Kayan Hulu


NIP. 19820107 200604 1 008 Sintang

11.
HILDA YUDIYONO,S.Hut BP4KKP Kec. Ketungau


NIP. 19800502 200903 1 008 Sintang Hulu
12.
SYAFARMAN, S.Hut BP4KKP Kec. Sei. Tebelian


NIP. 19801220 200903 1 007 Sintang

13.
ABANG JONI, S.Hut BP4KKP Kec. Serawai


NIP. 19750603 201001 1 008 Sintang

14.
ABANG MAYOR, S.Hut BP4KKP Kec. Kayan Hulu


NIP. 19790113201101 1 002 Sintang

15.
RESTITUTA HARPINA, S.Hut BP4KKP Kec. Ketungau


NIP. 19820506 201101 2 003 Sintang Hulu







H. HASIL KEGIATAN





a.    Gaharu
Mahalnya harga jual getah dan pohon gaharu saat ini membuat banyak petani mulai tertarik untuk mengembangkan dan membudidayakan pohon gaharu. Selain memiliki harga ekonomis yang tinggi, pohon gaharu juga dapat tumbuh di kawasan hutan tropis. Pengembangan pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang sudah mengembangkan dan menanam pohon ini. Padahal, keuntungan dari bisnis pohon gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan warga hanya dalam waktu beberapa tahun.
Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur.

a.1. Teknik Inokulan Pada Gaharu
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau terlukanya bagian batang, maka sesuai pengamatan proses tersebut dapat direkayasa dengan teknis pengeboran.
Langkag-langkah rekayasa pada tanaman penghasil gaharu yaitu :
1.    Persiapan
* Pengadaan perlengkapan lapangan berupa bor listrik.
* Pengadaan inokulan yang cukup, inokulan yang digunakan adalah inokulan padat.
* Penetapan jenis dan penomoran pohon, pohon yang dapat di inokulasi telah berdiameter minimal 30 cm.
* Alkohol 70%.
* Alat injeksi.

2.    Pelaksanaan
* Bersihkan bidang permukaan batang yang akan d bor.
* Tandai bidang batang agar memudahkan pengeboran.
* Inokulan yang digunakan adalah inokulan padat, maka inokulanya di belender terlebih dahulu, agar dapat di masukkan ke dalam alat injeksi.
*  Bersihkan alat dan tangan yang akan digunakan dengan alkohol 70%.
*  Lakukan pengeboran pada bidang batang yang telah ditandai terlebih dahulu.
*    Masukkan inokulan padat setiap lubang.

3.   Perawatan
*  Pohon yang telah di inokulasi sebaiknya terus d jaga dan di pelihara, agar tidak terinveksi penyakit.
*  Pohon yang telah di inokulasi dipantau setiap 3 bulan sekali apakah inokulannya berhasil atau tidak, selama 2 tahun.
*  Setelah 2 tahun dan inokulasi berhasil, pohon siap di panen.

Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.

a.2. Teknik Pemanenan Gaharu
. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk.
Pemanenan gaharu pada teknik inokulasi dapat dilaksanakan dalam 2 (dua) cara :
1.   Panen Berkala
Pemanenan dilakukan terhadap bagian lubang bor yang terinfeksi local dan panen dilakukan dengan cara mengerik bagian yang berwarna merah/coklat/hitam dan bila dibakar berbau harum. Bentuk produksi akan berupa bubuk.
2.   Panen Total
Pemanenan total dilaksanakan dengan melakukan penebangan dan penggalian akar, Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman dan apabila batang dibakar berbau wangi. Dalam satuan batang akan diperoleh ragam kualitas produk.

b.    Lebah Madu Alam
 Kebijakan pemerintah tidak akan berjalan dengan baik tanpa peran serta masyarakat, dimana pelaku utama pengembangan usaha perlebahan sebagian besar adalah petani/peternak kecil yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan dengan kondisi sosial ekonomi rakyat rata-rata masih rendah. Perlebahan merupakan kegiatan agribisnis akrab lingkungan yang dikenal sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan.
Pada umumnya para peternak lebah melakukan usaha perlebahan masih sendiri-sendiri, belum berkelompok, tidak ada ikatan kelembagaan antar petani, budidaya dan teknologi yang digunakan masih tradisional, permodalan terbatas, sehingga mereka kesulitan untuk memasarkan produksinya karena tidak sesuai dengan permintaan pasar.
Kegiatan perlebahan di dusun sengoret desa maringin jaya kecamatan perindu Kabupaten sanggau, merupakan budidaya lebah lokal (Apis Cerana), berawal dari masih seringnya masyarakat membuka ladang berpindah dengan membakar lahan, sehingga koloni lebah akan berpindah tempat, tetapi setelah beberapa bulan, koloni lebah tersebut akan kembali ke pohon semula.
Lebah lokal menproduksi madu. Madu yang dihasilkan oleh lebah lokal ini hanya dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri oleh masyarakat setempat. Dengan adanya peluang bisnis dan pemberdayaan masyarakat di wilayah hutan dan di sekitar hutan, makanya penyuluh kehutanan berinisiatif untuk membudidayakan lebah lokal tersebut.
Kegiatan penyuluhan dalam rangka pengembangan kelembagaan usaha perlebahan dilaksanakan terus menerus agar koloni lebah tidak terganggu dan produksi madu yang dihasilkan tidak hanya dikonsumsi sendiri tetapi dapat di jual sehingga menambah ekonomi dari petani lebah.

2 komentar: